Ayat 2 – Seekor Burung Kecil yang Gemetar Mencari Perlindungan
Senin, 14 Februari 2022 06:27 WIB
Seperti tidak ada lagi keadilan—semua dibutakan perihal ketamakan, dengan menertawakan suara-suara yang hidup, tanpa sadar di kandungan ibu sungguh sakit menahan luka. - Silivester Kiik - 2022
Dahulu, semenjak mata melihat kehidupan ini,
banyak tempat yang saya tahu,
di mana burung-burung berayun rendah,
tanaman yang merambat memangkang berkeliaran,
marmer memarcarkah wajah-wajah pribumi,
cendana semerbak di atas batu-batu karang,
dan ribuan lambaian yang belum tuntas dihitung.
Hari-hari berlalu—rupa bumi memucat,
dalam kesuraman wangi dan matanya perlahan sayup,
seperti tidak ada lagi keadilan—semua dibutakan perihal ketamakan,
dengan menertawakan suara-suara yang hidup,
tanpa sadar—di kandungan ibu sungguh sakit menahan luka.
Lihatlah, seekor burung kecil yang gemetar mencari perlindungan,
melihat ke segala arah—tidak memberitahu apa-apa,
dan detik-detik mulai berhenti—tergeletak di tanah,
induknya tertunduk diam—seperti kematian juga hendak merenggutnya,
dan di sanalah akan tinggal sampai hari gelap,
mendirikan sebuah monumen kematian.
Atambua, 02 Februari 2022
--- Aku Tidak Pernah Berpikir Bahwa Mereka Akan Bernyanyi Untuk Bumi ---

Penulis Indonesiana.id, Guru, Penulis, Founder Sahabat Pena Likurai, Komunitas Pensil, dan Pengurus FTBM Kabupaten Belu. Tinggal di Kota Perbatasan RI-Timor Leste (Atambua).
1 Pengikut

Bernuansa Budaya, SMAN 1 Atambua Rayakan Pelepasan Peserta Didik Kelas XII
Jumat, 9 Mei 2025 07:42 WIB
Cahaya Sang Guru yang Perlahan Redup di Jalan Kemerdekaan
Selasa, 26 November 2024 13:39 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler